Setiap investasi tentu memiliki risiko tersendiri, entah itu saat kamu memilih instrumen deposito, reksa dana atau lainnya. Risiko bisa diartikan sebagai kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.
Dalam dunia investasi ada istilah high risk-high return, yang artinya semakin tinggi risiko yang ada maka semakin tinggi pula keuntungan yang bisa didapatkan. Maka dari itu, saat kamu memutuskan untuk mulai berinvestasi, kamu perlu memahami risiko apa saja yang ada.
Dengan begitu, kamu bisa memilih instrumen yang tepat dengan tujuan finansial, kondisi keuangan dan juga toleransi terhadap risiko yang ada. Alasannya karena investasi bisa saja tidak efektif jika tak disesuaikan dengan cari tahu resiko investasi.
1. Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul dikarenakan memburuknya nilai relatif aktiva berbunga (cth: pinjaman atau obligasi) disebabkan oleh adanya peningkatkan suku bunga. Adanya perubahan suku bunga yang ada di pasaran, tentu akan mempengaruhi pendapatan investasi atau return yang didapatkan. Umumnya walaupun suku bunga meningkat, tapi harga obligasi berbunga tetap akan turun, begitupun juga sebaliknya.
Teknik paling tua yang masih digunakan untuk mengukur risiko suku bunga adalah menggunakan jangka waktu obligasi.
2. Risiko Pasar
Selanjutnya adalah risiko investasi berdasarkan pasar yang disebabkan adanya fluktuasi atau naik-turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB). Adapun fluktuasi tersebut disebabkan karena perubahan sentimen pasar keuangan sepeti instrumen saham dan obligasi.
Perubahan bisa terjadi karena beberapa hal seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan, spekulasi termasuk juga perubahan politik. Risiko investasi ini juga seringkali disebut dengan risiko sistematik (systematic risk) yang berarti risiko ini tak bisa dihindari dan pasti akan dialami oleh para investor apapun risk profilenya.
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi disebut juga sebagai risiko daya beli yang menunjukan bahwa nilai kas dari investasi saat ini tidak akan bernilai sebanyak di masa depan dikarenakan adanya perubahan daya beli akibat inflasi.
Akibatnya risiko ini memiliki potensi yang dapat merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi karena adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.
4. Risiko Likuiditas
Risiko investasi yang satu ini biasanya muncul diakibatkan karena kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Contohnya, ada satu pihak yang tak bisa membayar kewajibannya saat jatuh tempo secara tunai.
Walaupun pihak tersebut mungkin bisa dikatakan memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajiban utangnya, tapi di saat aset tersebut tak bisa dikonversikan menjadi uang tunai maka bisa dikatakan asetnya tidak likuis. Adapun hal ini bisa saja terjadi jika pihak yang memiliki utang tersebut tak bisa menjual hartanya karena tidak ada pihak lain yang minat untuk membeli.