Jokowi Ingin Tambah 2000 BLK di Pesantren Tahun Depan

Berita, Kinerja1,776 views

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, setelah tahun ini membangun 1000 Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas di pesantren, tahun depan jumlahnya ditargetkan naik menjadi minimal 3000. Hal ini ia sampaikan saat menyaksikan dan memberikan sambutan pada penandatanganan kerjasama antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan pondok pesantren penerima bantuan BLK Komunitas untuk pesantren di Jakarta, pada Rabu (20/2/2019).

“Saya kira kalau cuma 1.000, masih sangat kurang. Tahun depan minimal 3.000. Karena jumlah pesantren di Indonesia mencapai 29ribu,” ujar Jokowi.

Jokowi menjelaskan, Indonesia dihadapkan pada bonus demografi, dimana penduduk usia produktif jauh lebih banyak. Bonus demografi akan menjadi masalah bagi Indonesia jika angkatan kerja tidak memiliki keterampilan kerja. Indonesia harus siap menyongsong bonus demografi dengan menyiapkan angkatan kerja terampil.

Penyiapan angkatan kerja terampil melalui BLK Komunitas di pesantren, menurut Jokowi adalah langkah yang sangat efektif serta menghasilkan pelatihan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pelatihan dilaksanakan langsung di dalam pesantren yang pesertanya menetap. Dengan begitu, proses pelatihan bisa dilakukan kapan saja, siang atau malam.

Selain itu, pesantren diberi kebebasan menentukan jurusan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di daerah setempat, sehingga betul-betul terjadi link and match.

“Selanjutnya saya akan melihat langsung ke lapangan, guna memastikan BLK di pesantren bejalan baik,” kata Jokowi.

Tahun 2017, Kementerian Ketenagakerjaan mengawali pembangunan BLK Komunitas di 50 pesantren. Tahun 2018 naik menjadi 75. Tahun 2019 naik menjadi 1000 BLK Komunitas di pesantren.

“Bapak Presiden langsung memberikan arahan untuk membangun 1000 BLK Komunitas. Saya sampai kaget karena senang sekali melihat komitmen Presiden terhadap dunia pesantren yang begitu konkret,” ujar Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri.

Menurutnya, dilakukan terobosan BLK di pesantren karena Presiden Jokowi paham betul bahwa dulu orang mondok di pesantren itu gratis. Santri numpang makan di rumah kiai. Konsekuensinya, selain mengaji, santri harus membantu kegiatan ekonomi kiai. Kiainya berdagang, santri ikut bantu kiai berdagang. Kiainya bertani, santri ikut bantu kiai bertani. Dampaknya, selesai dari pesantren, santri tak hanya menguasai ilmu agama, namun juga menguasai keterampilan kerja.

Setelah pesantren mengadopsi sistem syariah dimana santri membayar bulanan, lanjut Hanif, maka fokus santri hanya mengaji. Secara umum tidak ada pembekalan skill. Soft skill santri bagus, tapi hard skill-nya kurang.

“BLK Komunitas di pesantren adalah program pemerintah, inisiatif Bapak Presiden, untuk melengkapi soft skill dan pendidikan karakter yang ada di pesantren dengan tambahan ketrampilan,” ucapnya.

Selain itu, kehadiran BLK di pesantren juga memperkuat komitmen dan apresiasi Presiden Jokowi pada ulama dan santri. Kontribusi kaum santri dalam menggelorakan perjuangan mengusir penjajah melalui Resolusi Jihad 1945 diberi apresiasi dengan ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari santri Nasional.

Banyak apresiasi lain diberikan Presiden Jokowi kepada santri dan dunia pesantren. Misalnya, bank wakaf mikro, redistribusi lahan yang melibatkan pesantren, skema kredit untuk kalangan pesantren agar tumbuh menjadi wirausahawan, pembangunan rusunawa pesantren, serta masih banyak lainnya.

Dari seribu BLK tersebut, penandatanganan kerjasama tahap pertama dilakukan dengan 500 pesantren. Penandatangan tahap kedua akan dilakukan bulan depan. Tiap BLK Komunitas akan menerima Rp 1 miliar yang diperuntukkan untuk pembangunan workshop, peralatan, instruktur, serta pelatihan. (Sumber: Liputan6).